Senin, 27 November 2023

Growing Pains

Banyak kesedihan yang ku tanggung. Seandainya aku boleh meminta dan mengulang waktu, aku ingin Bapak ku sehat. Menemaniku aku tumbuh dengan dewasa dan hangat.

Jika boleh juga, aku ingin ibu yang hangat. Tapi Tuhan menginginkanku lahir dari rahim seorang ibu yang memiliki luka pengabaian masa kecil. Ia menurunkan trauma generasi itu kepadaku. Aku berupaya menyembuhkannya.

Hidupku, tak sesempurna yang orang lihat. Orang melihatku pintar, mandiri, cerdas, kuat. Tapi jauh dilubuk hatiku terdalam, selalu ada ruang kosong. Kosong tanpa kasih Bapak yang lengkap dan trauma oleh ibu yang mengalami luka pengasuhan. 

Aku sedang belajar berjalan sekarang. Mencintai diriku dengan segala kekurangannya. Aku belajar bahagia dengan menerima rasa sakit, sedih, kecewa, marah, dan emosi buruk yang terpendam. Dadaku sakit ketika aku masuk dan menyadari dari mana luka-luka itu berasal.

Kadang aku merasa lelah. Setiap hari berlatih untuk terampil menerima semua seapa adanya. Tumbuh dari rasa sakit...❤️

Senin, 09 Oktober 2023

Untuk Suamiku :)

 Aku sangat berterima kasih kepada suamiku. Bersamanya aku serasa memiliki teman hidup dan kekasih yang kucintai setiap hari. Tidak hentinya aku bersyukur, menghadirkan ia didalam hidupku. Aku ingin memberinya cinta dan kasih yang hangat. Aku belajar, betapa disakiti, dilukai benar-benar menyakitkan, dan aku tidak ingin mengulangi luka yang sama kepada orang-orang sekitar, meski yang pernah melakukan itu adalah orang terdekatku. Aku berjanji menjadi orang baik dan membahagiakannya :)

Sabtu, 17 Desember 2022

Aku dan Ibu

Semenjak alm ibuku pergi, aku sering digeluti pertanyaan, apakah aku sudah bisa membuatnya bangga, sebagai anak, kami berdua suka berantem. Setelah aku rasakan, aku ingat dan refleksikan kembali segala yang kulakukan, semua rasa hidupku bersumber darinya.
Meskipun aku banyak kecewa, aku sekolah ditempat paling baik, justru karena alm ibu. Sebagai anak yang lebih suka males-malesan, ngeyelan, dan nilai rapot yang gak jelas, ibu selalu menerima semua hasil belajarnya. Pernah ia mengatakan kepadaku saat aku SMP, kalau aku anak cerdas, hanya belum ketemu tempatnya saja dimana. Batinku saat itu, ya elah bu, aku kan males-malesan. Aku mulai belajar giat, sejak kelas 2 dan 3 SMA. Aku yang biasanya ranking bawah, pada saat kelas 2 mulai jadi peringkat 1 atau 2. Tujuanku cuma 1, agar aku masuk UGM. Ya karena itu mimpi ibu. Ibu cuma lulusan SD. Tapi ibu orang yang gigih dan tangguh. Ia selalu berpikir, mau kaki jadi kepala, kepala jadi kaki, asal aku sekolah. Meskipun ditengah proses itu, ya tetap kami gak akur. Ibu juga sering ngomel, banyak kejadian yang membuatku trauma juga. Aku dan ibu menghadapi banyak kejadian-kejadian berat dalam hidup. Bisa dibilang, di kondisi-kondisi paling buruk di hidup kami, aku lah anak yang paling kecil, paling sering jadi sasaran emosinya ibu yang pusing menjadi kepala keluarga dan merawat bapak yang stroke.
Kami juga gak akur lagi pas aku pacaran dan gak dapat restu. Empat tahun gelut hampir tiap minggu. Tapi aku juga gak pernah maksa ibu buat merestui pilihanku. Aku dah hafal, ia akan luluh hanya dengan waktu. Aku gak mau maksa ibu apa-apa. Aku tetap nurut sampai ia mau menerima dengan sendirinya. Sampai akhirnya, ia mulai mengerti pilihanku. Sebagai anak yang sering pikirannya sudah sampai 10, yang lain masih di 3, kata ibu, ia sering kepontal-pontal memikirkan cara berpikirku. Aku juga bingung, bagaimana memahami ibu. Pusing pokoknya. Gak akur.
Setelah aku menikah, ia mulai mengerti bahwa aku banyak belajar, bagaimana menjalani hidup. Ibu masih sering menganggapku seperti anak-anak. Yang kusadari adalah bentuk kekesalanku, karena ia jarang hadir pada fase-fase aku membutuhkannya. Hampir lebih dari separuh hidupku, ibu sudah menjadi pencari nafkah dan menghidupi banyak orang yang bekerja di rumah. Ia tumpuan dari orang-orang yang bekerja kepadanya, secara sosial ia termasuk perempuan dengan pengaruh besar. Bayangin, pas nikahin aku, tamunya 2000 belum tamu-tamu lain yang datang dari keluarga maupun kerabat. Ia punya relasi yang kuat secara sosial. Aku menyadari itu saat pesta pernikahannya. Sudah janda tapi bisa menikahkan anaknya sendirian dan masih kuat. Ibu paling senang saat aku menikah, katanya semua pas. Makanan tidak kelebihan, semua sesuai porsinya. Ia juga senang, aku madeg.
Dengan semua drama yang terjadi, aku merasa beruntung bahwa meskipun kami tak akur, sebenarnya kami saling menjaga satu sama lain. Aku bisa dibilang nampak tidak perduli dan cuek bebek sama ibu. Seringkali aku melihat ibu lebay dan berlebihan. Aku tahu, ibu seringkali merasa bahwa ia tak punya banyak waktu padaku ketika aku kecil dan remaja. Setelah aku menikah, ia selalu ingin dekat denganku. Meski akunya juga cuek bebek. Aku gak terbiasa dekat dengan beliau, tapi aku akan selalu jadi nomor pertama berada digarda paling depan kalau ibu kenapa-kenapa. Apa saja akan kulakukan, asal ibu baik. Aku bukan anak yang bisa membuat tenang ibu memang, ia baru memahami caraku bertindak dengan berjalannya waktu. Aku punya cara-cara yang berbeda untuk mengatur hidupku. Ibu berupaya melanjutkan value lama dari generasi sebelumya. Aku yang merasa tidak cocok, ya tidak menggunakannya. Ini membuat kami sering gak ngerti. Aku hanya berupaya menjadi versiku sendiri, tidak selalu menjadi anak yang selalu menyenangkan orang tua. Aku ingin ibuku memahami bahwa cara tumbuhku berbeda, dan itu tidak apa-apa.
Pas ibu pergi, sedihku tidak terkira. Ya alasanku hidup selama ini dalam situasi-situasi sulit sudah pergi. Tapi pelan-pelan, aku merasakan, kami memang berelasi dengan unik. Aku yakin, ia bangga kepadaku. Aku juga bangga kepadanya. Kadang-kadang cinta memang aneh. Yang tenang ya Bu disana. Jangan ngomel-ngomel mulu, hehehehe. I love you..

Minggu, 11 Desember 2022

Mengeluarkan Trauma

Butuh keberanian besar untuk bertemu momen paling menyakitkan didalam hidup. Menemuinya butuh kesiapan, kesadaran dan pengertian. Beberapa hari belakangan, aku mulai mengeluarkan trauma lagi. Aku berupaya menyiapkan diriku untuk menemuinya, meski kadang efeknya jauh diluar perkiraanku. Aku sudah berupaya mindful tapi selalu ada drama yang tak terduga. Seperti beberapa hari yang lalu, aku masuk lagi ke trauma yang paling dalam. Tubuhku langsung gemetar hebat, kepalaku sakit, mulai memukul tembok, lalu menangis. Namun, itu ternyata tidak cukup. Selang tak berapa lama, aku memuntahkan semua makanan yang ada di perutku, padahal aku tidak sakit. Aku sendiri merasa merinding setelah itu. Aku takjub dengan keberanianku sendiri. Pelan-pelan, sakit didada seperti ada yang lepas meski belum semuanya. Masih ada sisa. Sebaiknya jika kalian belum ngerti handling dengan kondisi ini, harus didampingi psikolog. Diriku sendiri, berani karena aku dan pasanganku sudah tahu apa yang biasanya terjadi. Suamiku akan disampingku, jika aku mulai mengerluarkan gerak gerik melepas trauma. Ia tetap akan menunggu, jika perlu akan memelukku karena aku akan menangis ketika mengeluarkan trauma itu. Dan memang trauma ini harus dikeluarkan. Setelah rasa sakit itu, maka pelan-pelan akan pulih. Masih ada yang tersisa tapi tidak seperti dulu rasa traumanya. Aku pelan-pelan mulai berani dan kembali menjadi diriku sendiri. Menerima rasa sakit lalu melepaskannya. Emang ga enak sih, tapi ini cara satu-satunya menyembuhkan luka. Semakin kita mengenali diri dan luka, semakin kita bisa baik dengan diri sendiri dan orang lain 😊

Kamis, 13 Oktober 2022

Pendekatan Psikoterapi

Ada beberapa kawan yang bertanya, psikoterapi dengan psikolog itu kayak apa?


Pendekatannya macam-macam dan masing-masing  orang beda-beda tergantung derajat keparahan dari diagnosis yang didapat. Psikoterapi ada macam-macam, ada EMDR, Hipnoterapi, Mindfulness Based Cognitive Therapy, Mindfulness Based Stress Reduction, Cognitive Behaviour Therapy (CBT) yang jadi dasar stocism. Kadang psikolog bisa mengkombinasikan beberapa pendekatan ini. 


Lalu yang terpenting apa? Mengolah diri dan melatih diri. Yang paling menantang adalah ini. Masing-masing orang punya cara untuk bisa mempraktekan perubahan-perubahan dalam diri. Ada yang menulis, ada dengan melukis, ada yang benar-benar dialog diri, meditasi, dll. Pendekatan-pendekatan dalam psikoterapi adalah melatih banyak hal untuk kita berubah cara pandang, makna dan menyadari bahwa perubahan dalam kehidupan adalah pasti. 


Sempat ada yang tanya kok bisa 1,5 tahun ke psikolog, panjang sekali? Masing-masing orang punya waktu yang berbeda mengolah segala persoalan dari dalam dirinya. Ada yang cepat, ada yang lambat. Tapi aku menyarankan, sebaiknya dalam masa pemulihan psikis, kurangi aktivitas fisik dan pikiran berlebih. Karena ini akan berkaitan dengan naik turunnya emosi selama psikoterapi. Maka peran support system ada disini. Sebagai contoh, selama 1 tahun aku istirahat total, secara otomatis, aku tidak bekerja berat. Jika bekerja pun hanya dengan ritme pelan. Secara otomatis, yang melakukan back up adalah suami (sayangnya tidak di back up oleh negara). Padahal dalam CRPD (Convention on the Rights of Persons with Disabilities), ada opsi untuk memberikan hak-hak bagi penyandang disabilitas mental untuk mendapatkan support system yang baik, misalkan jika ia bekerja, maka ia tetap mendapatkan haknya dalam masa pemulihan. Selama aku depresi, suamiku mengerjakan beberapa modul soal CRPD, sehingga ia tahu benar bagaimana melakukan penanganan kepadaku, selain juga karena ia juga dosen psikologi. 


Psikoterapi ini proses panjang memang. Aku selalu bilang, sabar dan nikmati prosesnya. Tidak ada yang instant. Aku ingat benar, saat aku ditanya psikolog, mbak ini akan lama, siap ya? Aku memilih opsi hampir 1,5 tahun karena manfaatnya akan satu-per satu didapatkan dengan proses. Tidak selalu berhasil, bisa up and down. Tapi ini kesempatan mengenal diri dan memaknai hidup dengan lebih baik. Sayangi diri kalian. Depresi adalah ruang kembali mencintai dan mengasihi diri. Ia alarm dari diri kita sendiri untuk kembali menengok kesejatian kita. Selamat berproses ya kawan :)

Jumat, 07 Oktober 2022

Mualid Kanjeng Nabi

 Maulid Nabi Muhammad selalu menjadi bulan yang memberi rasa hangat bagiku. Karena telah lahir manusia yang baik, hangat dan mengasihi siapa pun. Membela mereka yang paling lemah, menolong mereka yang terpinggirkan, bahkan yang penuh lumpur kesalahan dan dosa.


Bagiku, Kanjeng Nabi adalah anugerah itu. Anugerah bagi seluruh mahkluk. Aku sering bertanya, bagaimana ada manusia seperti beliau. Yang lembut, penuh pengertian dan kebaikan. Berabad-abad setelah tubuhnya dimakamkan, tetap ada sholawat yang menggema diseluruh alam, memuja dan meminta syafaat darinya.


Kanjeng Nabi selalu memiliki tempat paling dalam dibatinku. Kisahnya sangat intim bagiku. Ketika aku masuk ke depresi, dimana penuh dengan lumpur kebencian dan kesakitan, selain kepada Allah, aku meminta Kanjeng Nabi membantuku, merayu Allah agar ia juga melindungi dan menyelamatkanku. Sholawat menyelamatkanku dari keadaan paling mengerikan yang pernah kualami sepanjang hidup.


Suatu malam, saat pertama kali suara psikotik (bisikan di telinga), mulai berdatangan, dua suara yang kudengar ditelinga adalah "Allah, Allah". Setelahnya aku mulai mendengar bisikan-bisikan bunuh diri. Aku hanya menyebut nama "Allah-Allah" saat suara bisikan bunuh diri beruntun datang. Aku bertahan dengan terus menangis dari malam ke malam. Berdoa dan bersholawat selain ikhtiar farmakologi dan psikoterapi. Aku puluhan kali bahkan ratusan kali di masa-masa itu meminta tolong agar diberikan cahaya. Apapun itu, aku meminta tolong karena aku tahu, hanya cahayaNya dan Kanjeng Nabi lah yang bisa menyelamatkanku dalam kondisi paling menyedihkan. Dalam kondisi depresif, aku sering berdoa dan berdialog dengan Allah, tentang banyak hal yang tak pernah kumengerti. Aku selalu bertanya seperti orang putus asa dan mengadu banyak hal. Mungkin ini adalah fase paling intim hubunganku dengan Allah dan nantinya dengan Kanjeng Nabi


Suatu malam, saat aku berada di Kalimantan, sehabis meminum obat antidepressan dan membaca Quran, aku tertidur. Malam itu, aku bermimpi, seseorang memanggilku dan memintaku melihat ke atas. Aku melihat "nur" bertuliskan nama Muhammad. Aku tertegun dan memandangnya berulang kali. Saat itu didalam mimpi aku menangis dan berulangkali melihatnya. Cahaya itu sangat hangat dan terang. Aku berguman "Aku tidak tahu, apakah ini benar engkau Ya Rasulluloh, hanya aku ingin menangis, aku pasti tertolong". Lalu aku terbangun dan menangis sejadi-jadinya. Setelah mimpi itu, satu per satu jawaban kudapatkan tentang perjalanan iman, tentang hakikat hidup, tentang kematian, tentang menemui diri sendiri dan akhirnya mengenalNya dan semestanya. Dan tentunya mengenalmu Ya Nabi.. Ya Rasululloh...

Selasa, 27 September 2022

Perasaan Any Kecil

Any kecil pernah mengalami fase ketidakmengertian tentang rasa orang lain. Bagi any kecil, perasaan manusia adalah hal yang paling sulit dan rumit untuk diselami. Ada orang yang mengatakan mencintai, tapi ia kasar dan memukul. Ada orang yang bisa membenci orang lain hanya karena katanya Tuhannya berbeda. Ada seseorang yang bisa nekat bunuh diri meskipun katanya itu menyakiti diri sendiri. Saat kecil, ia tidak bisa mengerti setiap melihat berita kriminal, ada orang yang bisa membunuh orang lain, seorang ibu membunuh bayinya, padahal yang ia bunuh juga pernah berada dalam kandungan dan berjuang untuk hidup, lalu kenapa bisa orang mematikan yang lain. Ia pernah menulis kepadaku;

"Perasaan manusia, adalah yang paling rumit untuk kuselami. Ada yang mengandung anaknya, tapi tak pernah benar-benar menginginkan anaknya. Ada yang mencintai sepenuh hati, tapi tak dicintai sepenuh hati. Aku sekarang mengerti, bahwa yang perlu kuselami adalah diriku sendiri. Aku tak bisa menyelami hati orang lain. Dan mungkin, aku tidak pernah akan mengerti isi hatinya. Kurasa, memang yang diperlukan hati dan pikiran adalah merasa cukup. Merasa cukup untuk menerima semua secara apa adanya. Kita sudah dewasa."
Sebagai orang dewasa, aku merasa bersyukur, kami telah sampai pada titik ini. Mengantarkannya dan mau diajak menjadi sosok dewasa. Dua tahun, dialog yang kujembatani dengan inner child telah membuatnya mampu tumbuh dari luka. Mampu untuk dewasa. Aku merasa bersyukur, ia berjalan pelan, berproses dengan pengertian. Tidak dipaksa. Karena kami tahu, setiap manusia lahir dan kembali dengan dirinya sendiri. Mengenali diri membuat kami bisa melangkah dengan lebih ringan.
Hari ini, kami telah sembuh dari depresi. Farmakologi dan psikoterapi telah selesai kami lalui. Ini kebahagiaan dan rasa syukur yang kami ucap bersama, kami telah melalui awan gelap dan lorong depresi dengan sangat baik. Alhamdulillah..

Growing Pains

Banyak kesedihan yang ku tanggung. Seandainya aku boleh meminta dan mengulang waktu, aku ingin Bapak ku sehat. Menemaniku aku tumbuh dengan ...