Rabu, 11 Juni 2014

Surat untuk Bapak #1

Bagaimana menaguhkan rinduku padamu Pak. Rasa didadaku amat berkecamuk tak karuan. Makin lama jarak waktu dari hari kematianmu, hatiku makin tersayat-sayat, sesak dan kehilangan arahnya untuk pulang. Disana Bapak melihat semuanya dengan terang terhadapku tapi aku tidak pak, aku lepas tak terkendali.

Tiap kali aku ingin menangis, aku tak punya bapak untuk mengadu. Ingin kutahan air mata, tapi akhirnya ia jatuh juga. Doa-doa terucap, menatap ke langit. Aku tahu Pak, kau baik disana tapi rindu ternyata berbeda dengan rapalan janji doa akan tempat terbaik disana. Rindu berbeda dengan itu semua, jika rindu itu makin melebar, ia seperti lubang yang menganga. Seperti virus yang menyebar dan menghidupkan sendi kesedihan dalam rongga hati.

Pak, bagiku semua nampak sangat beragam ketika aku dihadapkan pada umur dari akte, berusia 24 tahun. Didepan cermin, kerapkali aku menatap diriku. Aku nampak seperti anak manja, yang tak pernah berubah, merasa bahwa masih ada ayah yang setia tidur bersamaku, mengompres panasku, membikinkan mie goreng jika aku kelaparan, mengantarkanku ke toko buku dan mengajakku naik motor menjelang tidur agar aku lekas terlelap. Pak, aku gagap untuk ditinggal sendiri. Tak kusangka, semua begitu amat pahit dari waktu dimana kau berada di pusara untuk pertama kalinya.

Dua hari lalu kau datang dalam mimpi, nampak kala itu, kau menggunakan batik, berpeci hitam, tengah mencopot sepatu. Berwajah segar dan hanya tersenyum sekilas saja. Kau menatapku, tak berkata apapun. Tapi dari sana, aku paham bahwa itu wajah rindumu. Dulu ketika Bapak masih ada, kerapkali aku melihat bapak menatapku tanpa aku pernah menyadarinya, lalu jika aku tak sengaja melihat bapak menatapku, maka bapak akan tersenyum saja.


Pak, hatiku terasa lengang. Mungkinkah ini yang disebut kehilangan. Bahkan doa pun tak mampu mengobati untuk meringankan. Aku tak memahaminya, sungguh Pak.

Growing Pains

Banyak kesedihan yang ku tanggung. Seandainya aku boleh meminta dan mengulang waktu, aku ingin Bapak ku sehat. Menemaniku aku tumbuh dengan ...