Minggu, 06 Desember 2020

Jalan Terang

 Allah ku yang Maha Baik, Maha Pemberi, Penyayang.

Selama dua hari, entah apa yang Engkau bawa kepada hamba. Hujan tangis yang tak henti-hentinya ditengah sakit menstruasi. Malam-malam yang tak kumengerti dan penuh kepedihan. Teringat almarhum Ibu.

Ditengah kesakitan di perut, sepertinya Engkau memintaku untuk mengingatMu, Ya Rabb ku. Malam mendung tanpa bintang kuhabiskan untuk memahami kegundahan yang kau berikan kepada hamba. Kepada hamba yang kecil dan kerap tak berdaya menghadapi cobaan-cobaan yang Engkau beri.

Dalam kesedihan berlindang air mata dengan sakitnya perutku, pikiran yang entah bagaimana membayangkan tentang sakit dan kematian. Aku hanya meminta kepadaMu ya Rabb, beri aku tanda-tandaMu.

Sejurus kemudian Engkau memberikan penjelasan dengan tulisan di KalamMu. 

"Berprasangka baiklah"

Sekujur tubuhku merinding dan menangis. Mengingat betapa hamba hanya makhluk kecil, yang seringkali berharap keajaiban dari Engkau. Berharap syafaat dari Rasul. Meminta perlindungan dan pertolongan hanya kepadaMu.

Kini satu langkah Engkau berikan kemurahan ilmu kepada hamba untuk berprasangka baik atas segala yang terjadi pada hidup hamba. Untuk menyerahkan sepenuhnya kehendak Engkau terhadap hamba. 

Kematian Ibu, seharusnya hamba rasakan sebagai cara Engkau menyayangi beliau. Beliau sekarang dekat dengan Engkau. Betapa banyak kehangatan dan cahaya yang Engkau pancarkan kepada Ibu. Sementara disini aku lebih banyak menangis menahan rindu. 

"Engkau mengajari bahwa segalanya tak perlu Engkau khawatirkan. Seluruh hidupmu, seluruh takdir, dan kehidupan serta akhiratnya sudah Aku atur, engkau tak perlu khawatir. Tak sejengkal pun Aku tak menjaga apapun yang sudah menjadi kuasaKu atas makhluk"

Semenjak 30 tahun dilahirkan di dunia, hamba kerap kekanak-kanakan dan berbuat yang tak baik. Izinkan aku menjadi manusia yang baik. Memelihara kehidupan dengan kebaikan. Memelihara diri dengan berpuasa. Hamba ingin dan kuatkan hamba. Jaga hamba dan lindungi hamba. Mungkin ini hanya kecil dibandingkan dengan segala nikmat dan kebaikan yang Engkau beri kepada hamba. Tapi izinkan hamba mengabdi kepada Engkau dengan menjadi khalifah yang baik ya Rabb, Ya Allah SWT.

Bismillahirohmanirohim...

Selasa, 01 Desember 2020

Surat Kebahagiaan untuk Ibu

Hai Ibu

Saat aku menulis surat ini, aku masih kebingungan kemana alamat surat Ibu. Sampai ada sesuatu yang berbisik ke telingaku, "Ibu ada di darahmu, tak kemana-mana"

Aku hanya menghela nafas dan mengusap air mata. Ibu, dulu aku siap untuk menulis surat untuk Bapak. Tapi rasa-rasanya jemari ini tak kuat menuliskan kata-kata, meyakini bahwa Ibu telah tiada dan aku berkirim surat tanpa tujuan.

Ibu, aku mau bilang, hari ini Nduk sudah mewujudkan salah satu mimpi Ibu. Ibu, hari ini aku sudah menyelesaikan tanda jadi untuk membeli tanah di Bantul. Aku beli tanah Bu di daerah Bangunjiwo. Dekat Tugu Gentong Bu. Alhamdulillah uangnya juga cukup. Gak nyangka ya Bu, bulan Juni saat ibu pergi, aku masih kebingungan mencari uang buat beli tanah dan sekejap setelah Ibu pergi, semua jalan rezeki terbuka. Ibu bilang ya sama Allah untuk melancarkan keinginanku? Ya, Ibu kan sekarang dekat sekali sama Allah.

Aku jadi ingat ya Bu. Dulu waktu swargi Bapak meninggal, aku justru bisa keluar negeri. Terbang tinggi sesuai mimpi Bapak.

Oh ya Ibu, doain ya 7 Desember nanti AJB dan Balik Nama tanah. Ukuran tanahnya lumayan untuk bangun rumah, 118 meter Bu. Rencanaku semoga dalam 1 tahun ini segera bisa membangun ya Bu. Aku minta doa Ibu agar bisa memohon juga sama Allah agar dimudahkan rezekimu. Aku pengen mewujudkan mimpi Ibu agar kami punya rumah tanpa hutang, sesuai dengan pesan Ibu dulu.

Saat 3 tahun lalu mungkin Ibu takut, aku akan kenapa-kenapa karena suamiku difabel. Saat membeli tanah pertama di Kulonprogo, justru suamikulah yang minta persetujuan Ibu. Saat beli mobil jazz dulu,ibu hanya lihat secara virtual aja. Meski didalam mimpi akhirnya Ibu datang ngajak Budhe lagi naik mobilku umpek-umpekan di jok belakang. Betapa bahagianya Bu diriku, meski hanya dalam mimpi.

Hari ini, aku pulang dengan mata sembab, berangan andai ibu masih ada. Tapi lagi-lagi sahabatku Didi mengingatkanku

"Lakukan ritual yang sama dengan cara yang berbeda. Tetap kabari Ibuk dengan cara ternyamanmu sekarang. Yakini ibuk menerima kabarmu"

Makanya aku langsung menulis ini untuk Ibu. Hatiku terasa lebih ringan Bu. Ada lautan doa yang akan selalu kucurahkan ke Ibu dan Bapak disana. Ada banyak hal yang akan selalu kutuliskan untuk melepaskan rinduku kepadamu Ibu.

Sembah Pangabektiku Kagem Ibu lan Bapak.

Gusti pemilik Jagad, doa kulo kagem Ibu Sudarmi kalian Bapak Juri Suharto. Swargi kanthi tentrem lan langgeng. Al Fatihah

Growing Pains

Banyak kesedihan yang ku tanggung. Seandainya aku boleh meminta dan mengulang waktu, aku ingin Bapak ku sehat. Menemaniku aku tumbuh dengan ...