Hai Ibu
Saat aku menulis surat ini, aku masih kebingungan kemana alamat surat Ibu. Sampai ada sesuatu yang berbisik ke telingaku, "Ibu ada di darahmu, tak kemana-mana"
Aku hanya menghela nafas dan mengusap air mata. Ibu, dulu aku siap untuk menulis surat untuk Bapak. Tapi rasa-rasanya jemari ini tak kuat menuliskan kata-kata, meyakini bahwa Ibu telah tiada dan aku berkirim surat tanpa tujuan.
Ibu, aku mau bilang, hari ini Nduk sudah mewujudkan salah satu mimpi Ibu. Ibu, hari ini aku sudah menyelesaikan tanda jadi untuk membeli tanah di Bantul. Aku beli tanah Bu di daerah Bangunjiwo. Dekat Tugu Gentong Bu. Alhamdulillah uangnya juga cukup. Gak nyangka ya Bu, bulan Juni saat ibu pergi, aku masih kebingungan mencari uang buat beli tanah dan sekejap setelah Ibu pergi, semua jalan rezeki terbuka. Ibu bilang ya sama Allah untuk melancarkan keinginanku? Ya, Ibu kan sekarang dekat sekali sama Allah.
Aku jadi ingat ya Bu. Dulu waktu swargi Bapak meninggal, aku justru bisa keluar negeri. Terbang tinggi sesuai mimpi Bapak.
Oh ya Ibu, doain ya 7 Desember nanti AJB dan Balik Nama tanah. Ukuran tanahnya lumayan untuk bangun rumah, 118 meter Bu. Rencanaku semoga dalam 1 tahun ini segera bisa membangun ya Bu. Aku minta doa Ibu agar bisa memohon juga sama Allah agar dimudahkan rezekimu. Aku pengen mewujudkan mimpi Ibu agar kami punya rumah tanpa hutang, sesuai dengan pesan Ibu dulu.
Saat 3 tahun lalu mungkin Ibu takut, aku akan kenapa-kenapa karena suamiku difabel. Saat membeli tanah pertama di Kulonprogo, justru suamikulah yang minta persetujuan Ibu. Saat beli mobil jazz dulu,ibu hanya lihat secara virtual aja. Meski didalam mimpi akhirnya Ibu datang ngajak Budhe lagi naik mobilku umpek-umpekan di jok belakang. Betapa bahagianya Bu diriku, meski hanya dalam mimpi.
Hari ini, aku pulang dengan mata sembab, berangan andai ibu masih ada. Tapi lagi-lagi sahabatku Didi mengingatkanku
"Lakukan ritual yang sama dengan cara yang berbeda. Tetap kabari Ibuk dengan cara ternyamanmu sekarang. Yakini ibuk menerima kabarmu"
Makanya aku langsung menulis ini untuk Ibu. Hatiku terasa lebih ringan Bu. Ada lautan doa yang akan selalu kucurahkan ke Ibu dan Bapak disana. Ada banyak hal yang akan selalu kutuliskan untuk melepaskan rinduku kepadamu Ibu.
Sembah Pangabektiku Kagem Ibu lan Bapak.
Gusti pemilik Jagad, doa kulo kagem Ibu Sudarmi kalian Bapak Juri Suharto. Swargi kanthi tentrem lan langgeng. Al Fatihah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar