Hari -hari ini aku merasa dihantui oleh rasa kesedihan dan ketakutan. Rasa ini tak pernah aku bisa pahami sepenuhnya terutama semenjak aku melakukan terapi psikologis karena kepergian Ibu. Aku sempat jatuh sakit ISK tapi efek psikologisnya sangat berasa. Mungkin ini juga diperparah dengan pandemi. Hormonalku berantakan. Mens ku sedikit. Aku menjadi kalut dengan tubuhku sendiri. Aku tidak relaks dan santai. Ini mungkin efek beruntun dari semuanya.
Aku merasakan kegelisahan dan trauma mendalam atas apa yang terjadi didalam hidupku. Melihat Bapakku jatuh sakit stroke, kakak perempuan yang mengalami KDRT, kesendirian yang bertahun-tahun kuterima sebagai sebuah takdir. Ibu yang harus menanggung beban psikis. Hingga aku menjadi mendendam pada banyak hal yang mengecewakanku.
Semuanya hanya akan bisa kulalui ketika bisa memaafkan diri sendiri, memaafkan orang yang menghancurkan semuanya.
Malam ini aku berusaha istighfar dan memahami semua kekalutan yang kuhadapi pasca kematian Ibu. Semalam aku menangis. Suamiku mencoba menenangkanku tapi aku acuh. Aku tak sempat merasakan kedukaan karena sibuk dengan bekerja karena deadline yang bertubi-tubi. Tak kusangka,efeknya baru hari ini kurasakan. Aku sejujurnya amat lelah dengan segala rutinitas dan tekanan kedukaan ini. Akan tetapi semua harus aku hadapi dan tak boleh aku berlari. Ibu nyatanya juga tak bisa kembali. Ia sudah bersama Bapak. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa Ibu bahagia dan tenang disana. Meski itu juga butuh waktu.
Makin kesini, aku makin memahami bahwa kedukaan hanya bisa selesai bersama dengan waktu. Bersama dengan doa, keikhlasan dan kesabaran. Kuncinya sama seperti apa yang selama ini Ibu lakukan untukku yaitu dengan cinta.
Air mataku benar-benar meleleh ketika mengingat segala perjalanan berat yang kulalui sebagai seorang manusia. Takdirku keras. Segala yang kucapai tak pernah mudah didapat. Aku tahu itu. Dalam banyak tangisan, aku diberi jalan terang untuk selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah dan kepada Rasulnya Muhammad. Entah, mungkin itulah kekuatan murni yang ada di lubuk hatiku yang paling mendalam. Saat-saat perih dan ketakutan itu datang menghampiri, aku hanya minta satu pertolongan hanya ke Allah dan Rasulnya. Hingga hari ini, aku hanya bertahan dengan itu. Allah-Allah dan Allah. Muhammad-Muhammad-Muhammad. Yang aku percaya, hanya dengan cahaya dan cinta dari Merekalah aku bisa selamat dan bertahan hingga hari ini.