Kamis, 08 Maret 2012

Jati, 8 Maret

Ah, sepi kau menghampiri lagi. Aku tidak bisa lari lagi. Kematian sudah menjemput. Aku tertunduk lesu. Aku berharap kau akan kembali. Tapi ternyata tidak bisa. Kau pergi jauh, sangat jauh sampai aku bahkan tidak bisa menyentuhmu, melihat dan mendekapmu seperti biasa. Aku akan menjalani hari-hari yang berbeda. Tanpa peluk dan senyum. Aku sadar aku benar-benar telah sendiri menghadapi dunia tanpamu. Tanpa orang lain perduli bahwa masih tersimpan kesakitan.Menyeruak dan semakin perih. 
Orang lain dan kawanmu, selalu menyuruhku untuk setegar mungkin menjadi perempuan. Aku lebih suka diam. Ketika aku berkata aku merindukanmu, banyak yang menolak dan berkata itu tidak perlu. Aku berusaha sewajar mungkin, tetapi kepergianmu adalah pukulan paling berat dalam hidupku. Dulu aku mencoba mengungkapkan kepada siapa, sekarang tak ada guna. Tak ada yang mendengarkan. Lalu aku tidak pernah berharap dunia perlu tahu,mengerti. Dan mungkin dunia melihatku sekarang sambil tertawa. Aku terjatuh pada titik yang paling dalam, hitam dan kelam. Ya, tapi aku tidak perlu membuat mereka mengerti. Cukup hati saja yang ku ajak bicara. Tak perlu kamu,mereka atau dunia.

Jati, 8 Maret


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suamiku

Setelah kurasa-rasakan, aku selalu meminta tolong kepadanya saat membutuhkan sesuatu. Sepertinya dia hadir dalam hidupku untuk menolongku. B...