Senja, pesawat itu pun terbang. Membawaku pada sebuah pertanyaan dan kebimbangan.
Biasa, sedari kecil aku diajarkan untuk melambai ketika perpisahan. Agar harapan tetap terjaga, kelak pertemuan adalah keniscayaan. Tetapi, kali ini aku urung. Urung untuk melambai, bahwa pesawat akan pulang.
Kubiarkan ia mengangkasa. Ku biarkan ia pergi tanpa perlu kembali. Kulepaskan dan tersenyum melihat sayap indahnya dilangit biru.
Kali ini, sekali lagi aku mengalahkan rasa takutku. Melepaskan bagian kata memiliki untuk dibebaskan. Aku yakin pesawat yang pernah sedekat tubuhku, akan melintasi bumi ini dengan lebih baik tanpaku. Kupasrahkan doa-doa kepada Tuhan, agar pesawat itu sampai diperaduannya.
Tak menjadi masalah, aku tak lagi menjadi yang terdekat. Aku sudah melepaskan logika dan perasaanku, untuk tumbuh menjadi perempuan yang memiliki mimpi dan bahagia setelahnya.
Hari ini, aku lebih bahagia.
Hari ini, aku mengerti senyum masih terkembang.
Diantara trauma dan pilu,
Aku hidup dan menikmati perjalanan kakiku :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar