Saya
menjadi teringat pertanyaan Ibu tatkala menanyakan kepada Bapak sebuah
pertanyaan ketika Bapak memutuskan pensiun dini.
“Pak, Bapak
kenapa mau pensiun dini? Banyak
kesempatan Pak buat Bapak mendapatkan posisi?”
Lalu dengan
tersenyum Bapak berkata,
“Gak Bu,
sudah cukup”
Potongan
percakapan itu kembali teriang dikepala saya akhir-akhir ini. Kala itu Bapak
saya berusia kurang lebih 40an tahun. Usia dimana setiap orang yang bekerja
mendapatkan posisi yang sangat strategis dalam berkarier. Namun, bapak memilih
untuk mundur. Bapak pergi meninggalkan semua. Padahal semua ada didepan
matanya. Jika mau , ia bisa mendapatkan posisi lebih baik menurut orang-orang.
Banyak yang lain mencegah keinginanya, tapi ia tetap memilih pensiun dini/