Bagaimana rasanya pacaran dan punya suami lebih matang? Hahahahaha. Aku selalu tertawa dan halu sendiri kalau mengingat bagaimana jarak umur yang cukup jauh bisa membuat banyak hal menjadi lebih menyenangkan. Banyak asiknya.
Saat aku pacaran dengannya, usiaku 23 tahun, sementara ia 30 tahun menjelang 31 tahun. Ini seperti pacaran dengan anak ABG yang sedang halu-halunya. Ia mungkin laki-laki matang dan tenang, berhadapan dengan cewek yang lebih banyak jujur dengan perasaan. Ia selalu takjub dengan hal-hal ajaib yang kulakukan, misalnya jika makan bisa sampai pipi, kalau bete makan es krim dan makan banyak, tidak bisa membedakan lemes karena sakit atau karena lapar (sudah berkali-kali sampai dia hafal, aku lebih banyak lemas karena lapar hahahahha).
Ada satu kejadian yang membuatku sampai hari ini selalu menutup muka saking malunya. Dulu, saat awal-awal aku pacaran dengan dia, bapak dan ibu masih tinggal di Jogja. Saat itu aku datang menghampiri ia di rumah Jogja, ia memperkenalkan bapak dan ibu kepadaku. Kebetulan bapak dan ibu kan punya rumah makan. Aku sering makan disana tapi kata dia, gak usah bayar. Aku bingung, tapi sering nitip uang ke Ryan buat bayar. Aku mungkin terlalu polos kali yak. Ibu dan Bapak ini selalu tersenyum dan baik kepadaku. Sampai berbulan-bulan itu terjadi dan aku sama sekali tidak terpikir bahwa ia bapak dan ibunya mas ryan.
Sampai suatu akhir pekan, mas ryan mengajakku untuk ke pulang ke rumah asalnya. Aku waktu itu menyanggupi, oke.
Begitu sampai rumah, yang kulihat adalah bapak dan ibu yang punya tempat makan. Astaga...
Sumpah, aku cuma melongo sambil menunjuk dan menoleh ke mas ryan. Lalu aku minta izin ke belakang rumah, lalu mas ryan menghampiriku ke belakang dan bilang;
"Kamu memang perempuan paling ajaib yang pernah ada"sambil memandangku datar
Lalu aku bilang
"Terima kasih atas sanjungannya" sambil senyum kecut ke mukanya lalu berjalan tertunduk mengikutinya...
Berbulan-bulan, aku bahkan tidak menyadari itu adalah calon ibu mertuaku, dasar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar