Kamis, 03 Maret 2022

Depresi #1

Aku mencoba menuliskan tentang depresiku. Aku ingin berbagi kepada orang-orang yang mungkin diluar sana, kini tengah mencari pertolongan, sedang merasa sendirian, tidak punya harapan hidup dan ingin mengakhiri segalanya. Aku pernah dalam posisi itu. Kalian tidak sendiri. Aku memahami bagaimana sepinya hidup didalam depresi, setiap hari, harus punya alasan untuk sekedar bernafas.

Depresi bukan perkara yang datang dengan tiba-tiba, meski dalam beberapa kasus, ia bisa saja datang secara mendadak. Pengalamanku memberikanku gambaran bahwa depresi seperti perangkap yang pelan-pelan menjeratmu seperti labirin dan engkau tidak tahu bagaimana caranya bisa keluar dari perangkap itu. 

Depresi berakar dari sesuatu yang kompleks. Ia bisa jadi lahir dari generasi ke generasi tanpa disadari. Ia lahir sebagai buah ketidakmampuan seseorang menangkap makna dari kehidupan. Ini akibat, ia mengalami penderitaan-penderitaan panjang yang sulit.

Seorang manusia, ia adalah survival. Ia akan selalu berupaya bisa terus hidup. Ketika seorang manusia memilih untuk mengakhiri hidupnya, aku bisa meyakini, ia benar-benar sudah tidak mampu menanggung rasa sakit yang tertahankan, dan memilih untuk lari (bunuh diri), dengan harapan beban yang ada didadanya akan hilang dengan sekejap.

Aku merasakan betul, bagaimana sakitnya dadaku saat depresi. Ada palu godam yang memukul batinku hingga aku mengalami mati rasa. Aku mengenalinya saat alm ibuku masuk ke liang lahat dan aku tidak bisa merasakan kesedihan sama sekali. Hal ini pernah kualami saat alm bapakku meninggal 2012. Kesulitan memahami kedukaan membuat segala emosi tidak pernah bisa terjelaskan. Dan itu hanya awalan karena kengerian akan berdatangan setelahnya.

Aku mengingat serangan awal depresi dengan kepanikan yang tidak terjelaskan, sakit yang tidak bisa didiagnosis, pikiran yang bergerak sangat cepat, kesedihan yang tidak habis-habis dimana dalam satu hari, tangisan bisa keluar berkali-kali, ingin menyakiti diri sendiri, tidak ada orang yang bisa memahami rasa sakitmu, kemarahan yang besar pada kehidupan, merasa bahwa apa yang kau tanggung amatlah berat, mulai terdengar suara-suara yang menyuruhmu untuk mengakhiri kehidupan. 

Yang dirasakan hanyalah kegelapan dan kengerian, hidup tidak perlu dilanjutkan. Jiwamu hilang seperti disedot oleh keperihan. Rasa dingin di dada, ada sesuatu yang ingin menerkammu hingga engkau tidak boleh lagi hidup...

Aku akan melanjutkan beberapa hal yang ingin kutuliskan...tapi aku benar-benar butuh waktu untuk menuliskannya karena hal ini juga tidak mudah. Aku akan menuliskannya dalam beberapa penggalan tulisan. Dan ini adalah awalan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suamiku

Setelah kurasa-rasakan, aku selalu meminta tolong kepadanya saat membutuhkan sesuatu. Sepertinya dia hadir dalam hidupku untuk menolongku. B...