Ibu masih mempersiapkan sarapan, makan siang dan makan malam untuk ayah setiap hari. Kurasa ayah juga melihat, menyantap masakan yang dipersiapkan oleh ibu. Setiap pagi, ibu menyiapkan sepiring bubur dan teh hangat di meja dekat tidur ayah. Disampingnya, ibu juga mempersiapkan baju-baju ayah. Lengkap dengan kemeja dan celana pendek yang ayah pakai setiap harinya. Kursi roda ayah semula ditempatkan dikamarku, tetapi karena cucu-cucu ayah pada ketakutan dengan kursi roda yang ayah duduki semasa ayah masih hidup, kami memindahkan didekat kamar mandi, kamar ayah.
Oh ya ayah, aku sekarang menempati kamar ayah. Aku menggunakan sprei, selimut, bantal dan guling yang biasa ayah pakai setiap harinya. Tidak lupa aku memakai celana pendek warisan ayah. Ibu pernah bilang bahwa semua celana pendek ayah yang ayah pakai semasa hidup perlu ku pakai, sebagai warisan orisinil dari ayah. Kupikir celana pendek yang biasa ayah pakai memang oke. Dan aku akan memakainya. Aku merasa keren dengan celana peninggalan ayah. :)
Si pandu, cucu ketiga ayah juga semakin lucu. Minggu kemarin, saat dia berada di kamar ayah, dia sempat bertanya kepadaku tentang sarapan yang tersaji diatas meja. Aku bilang kepadanya, bahwa ayah sekarang sedang makan sarapan, duduk dikursi dan minum secangkir teh didalamnya. Tapi dia tidak percaya, dengan polosnya dia berkata "mana,mana,mana tante", sampai ia mencarinya dikursi rodamu dekat kamar mandi. Aku sempat menanyakan, kenapa dia mencari mbah kung, apa dia kangen dengan mbah?. Dengan wajah polos dia berkata "Aku gak kangen mbah kung, tetapi aku kasihan mbah putri, soalnya gak ada temannya, nanti mbah uti temanya siapa?". Ah, aku hampir menangis mendengar anak berumur 3 tahun itu berkata layaknya orang dewasa. Wajahnya makin gede makin mirip dengan ayah dan sikapnya juga persis denganmu.
Adiknya pandu, si Arka juga makin lucu. Ia sudah mulai menirukan nyanyian Ayu Ting-Ting. Ia suka berjoget ria didepan semua orang. Sudah bisa menirukan gerakan orang menggoreng lele, memperlihatkan wajah gantengnya, menunjukan nama-nama anggota badannya. Dan lari-lari disepanjang lorong-lorong rumah, tanpa takut terjatuh dan tertatih.
Si Lala dan Dennis, adik dan kakak ini lagi sibuk untuk belajar naik motor. Mereka belajar mengendarakan motor. Dalam satu hari, mereka bisa naik motor sepuluh kali. Mereka memutari jalan-jalan dikampung tanpa perduli hujan atau teriknya sinar matahari. Kadang mereka sering bertengkar untuk menggunakan motor. Aku jadi ingat, saat ayah dulu mengajariku naik motor. Hampir saja kita masuk ke parit. Aku juga tersenyum ketika mengingat bahwa ayah sangat suka membeli motor antik alias jadul saat ayah sehat dulu. Kamu begitu bangga menggunakan motor buatan tahun 80an, mengelilingi jalan dikampung.
Ayah udah dulu ya. Aku hari ini ingin mengabarkan hal itu saja kepada ayah. Tentang cucu-cucu ayah yang tumbuh besar walaupun ayah tidak sempat melihat mereka tumbuh dewasa. Tetapi aku yakin, ayah memperhatikan dan makin mencintai mereka. Menjaga mereka dari surga, hingga kelak kami satu per satu mengikutimu kesana.
Untuk Tuhan, aku mohon sayangi ayah disana. Sayangilah ayah sebagaimana ia menyayangi aku waktu kecil. Beri ibu kekuatan untuk bisa kuat. Beri kami kesabaran dan keikhlasan menghadapi semua ujianMu, karena kami yakin, semua yang berasal dariMu akan kembali kepadaMu. Amin :)
Jambon, 29 Februari 2012
tetap semangat!!!
BalasHapus