Selasa, 14 Februari 2012

Aku Anak Ayah


Ayah, akhirnya Tuhan memanggilmu dengan kasihnya. Aku sudah tidak bisa menentangNya. Karena aku hanya perempuan, anak ayah. Ayah tahu kan, Tuhan tidak bisa ditawar untuk hal hal seperti ini. Sekalipun aku sudah memintaNya untuk menyembuhkanmu 10 tahun yang lalu, sejak pertama ayah terkena stroke.  Di saat usiaku 12 tahun, stroke menjangkiti tubuhmu pertama kali. Aku masih ingat, kamu dirawat di rumah sakit yang sama, tepat dimana kamu meninggal hari ini, 14 februari di ruang ICU. Saat itu aku masih terlalu kekanakan untuk mengerti apa penyakitmu. Yang kutahu, ayah hanya panas tinggi dan kemudian tidak bisa berjalan. Aku percaya ayah akan baik-baik saja dan akan mengantarkan ku sekolah seperti biasa. Tapi ternyata tidak sepenuhnya kembali seperti semula. Ayah jarang mengantarkan ku sekolah

Hari ini, aku ingin mengenangmu ayah. Izinkan aku bercerita bagaimana anakmu ini tumbuh bersamamu, melewati semua cobaan dari serangan stroke pertama hingga yang terakhir. Aku akan selalu ingat ayah, bagaimana kamu mendorak pintu untuk menolongku terkunci di dalam kamar sendiri, aku terlalu pemberani untuk menentang banyak hal sama sepertimu. Ibu memang selalu berkata bahwa aku adalah anak ayah, anak yang sama persis ndablek dan ngeyelnya kalau disuruh bangun pagi. Aku bangga punya ayah seperti ayah, tidak ada yang menandingi, ayah adalah segalanya.

Tepat di hari kasih sayang, 14 februari 2012 pukul 15.55 kau menghembusakan nafas terakhir. Ayah tentu masih ingat 2 minggu yang lalu, aku masih meluk ayah jika tidur selama 4 hari, mandiin ayah dengan air sambil menghanduki wajahmu yang selalu tertawa jika aku berkata baaa saat kau membuka mata. Maafkan aku yang sering menggodamu, sering mencubit-cubit pipimu sambil aku cium-ciumi pipi dan keningmu. Dan memelukmu tanpa atauran jika tidur denganmu. Aku selalu mengajakmu tos dan berhitung. Ayah cuma bisa ngitung sampai 5 kan J, aku masih ingat dengan hal itu.

Ayah, ayah pasti senyum ya sekarang di surga. Aku tidak ingin menyesal karena ayah tidak sempat melihatku wisuda atau menikah. Karena aku tahu ayah duduk dipermadani surga bersama Tuhan dan malaikatnya ketika melihatku memakai toga dan menikah kelak. Aku berjanji memenuhi permintaanmu untuk sekolah lagi setinggi-tingginya dan menjaga ibu sebaik-baiknya
Ayah, kematian bukanlah rindu yang tak terjawab dan terbalaskan. Kematian adalah semakin dekatnya rinduku untuk tersampaikan kepadamu, karena entah kapan kami semua, istri dan anak-anakmu juga akan menyusulmu. Aku yakin, ayah akan menyambut ibu dan kami anak-anakmu dipintu surga.

Rest in peace ayah.
Ayah adalah ayah juara 1 didunia
Ayah adalah idolaku
Ayah adalah alasanku untuk hidup mengejar mimpi-mimpi
Ayah, aku bangga menjadi anakmu
Dan aku bangga memiliki ayah seperti Ayah Juri Suharto J.

2 komentar:

  1. tetap tersenyum ya cah ayu....
    kami akan terus berusaha memberikan senyum di wajah dan hatimu...
    (^_^)

    BalasHapus

Suamiku

Setelah kurasa-rasakan, aku selalu meminta tolong kepadanya saat membutuhkan sesuatu. Sepertinya dia hadir dalam hidupku untuk menolongku. B...