Kamis, 12 September 2013

Terima Kasih

Pagi ini aku ingin menulis. Pagi di Solo yang kulalui dengan perjalanan malam di jadwal kereta api terakhir. Ya, tadi malam aku memutuskan untuk pulang sementara waktu, untuk melakukan jeda dalam setelah beberapa hari rutinitas menumpuk, menyamankan hati dan jiwa agar seimbang. Tadi malam adalah malam yang cukup melegakan dalam beberapa hal. Setidaknya, aku tidak terlalu khawatir lagi pada ketakutan berlebihan yang menghantuiku beberapa hari ini.

Ya tadi malam, aku menemuinya. Setelahnya aku menemuimu, untuk memastikan jalan yang paling baik menyelesaikan persoalan. Aku didera rasa bersalah dan itu membuatku merecoki diriku sendiri. Setidaknya meski pilihannya tak selalu sepakat dengan apa yang aku harapkan, aku mendapatkan jawaban bahwa ia baik-baik saja disana. Itu membuatku sedikit lega, paling tidak satu persoalan sudah terselesaikan, meskipun tidak sepenuhnya.
Cukup larut kita bertemu dan bercakap, pasca aku menemuinya. Aku bilang, aku takut. Baru kali ini aku takut, ucapku. Kau tahu kan, ketakutan adalah teman malam yang bisa membuatmu tidak tidur. Sementara iman adalah seperangkat bantal dan guling yang bisa menenangkanmu kala tidur. Aku paham bahwa persoalan ini tidaklah akan mudah untuk diselesaikan, karena pengaruh eksternal begitu luar biasa untuk menekan keputusannya. Aku masih mengatur dan berusaha membuka tali-tali kusut ini agar tak semakin kusut pada akhirnya.
Kau bilang, semua bisa diatasi jika aku tak terlalu khawatir dengan kekhawatiran. Paling tidak redakan dulu hal ini, lalu kamu akan bisa berfikir yang lain. Karena jika aku masih terperosok dengan pikiranku sendiri, maka semua tidak akan pernah selesai. Selanjutnya, atur petanya dimana kamu harus bergerak dan mengatur waktu agar tepat waktu. Ann, aku ingin memastikan kamu baik-baik saja, jangan sampai dua kali terulang, kamu berada dalam keadaan terpuruk. Aku tak ingin kamu sedih lagi, setidaknya percayalah bahwa aku bisa jadi orang yang memastikan kamu baik-baik saja, setelah ibu dan keluargamu.
Ah, Tuhan apa memang Kau sedang tak ingin tepat waktu padaku. Aku ingin bersandar sebentar. Untukmu, terima kasih sudah menemaniku sampai larut, mendengar keluh kesahku. Aku tahu, kamu laki-laki baik, sama halnya keluargamu kepadaku. Terima kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suamiku

Setelah kurasa-rasakan, aku selalu meminta tolong kepadanya saat membutuhkan sesuatu. Sepertinya dia hadir dalam hidupku untuk menolongku. B...