Senin, 29 September 2014

Rahim, Tempat Kemanusiaan Dimulai

diundunh dari www.flickr.com/photos/tipstimesadmin
Kali ini saya ingin menulis soal rahim. Perkara rahim nyatanya bukan persoalan sepele. Oleh Tuhan (jika kalian mempercayaiNya) perempuan diberikan rahim.  Rahim sebuah kantung tempat bertabrakan antara sel telur dan sperma. Didalamnya jika ada ledakan maka menghasilkan janin kemudian tumbuh menjadi bayi. Saya, Anda dan kalian semua adalah hasil tabrakan antara sel telur dan sperma yang kemudian menghasilkan manusia. 

Manusia dibagi menjadi dua kelamin, disini saya tidak akan berbicara orientasi seksual. Lahir jelas menjadi perempuan dan laki-laki. Soal nantinya mau memilih orientasi seksual yang mana, ya itu hak. Jika Anda adalah laki-laki maka didalam tubuhnya akan ada seperangkat alat reproduksi dari penis, testis dan menghasilkan sperma.

Sementara perempuan memiliki organ reproduksi yang jauh lebih rumit. Ada vagina, rahim, sel telur. Sebulan sekali diberikan periode menstruasi. Jika laki-laki tinggal menyemprotkan sperma, perempuan menanggung beban yang lebih berat. Hamil, melahirkan dan menyusui. Selama sembilan bulan bakal calon manusia itu dibawa kemana pun oleh rahim si perempuan. 

Saya sendiri amat menaruh hormat pada rahim. Namun, rahim juga bukan perkara organ semata. Ia mengandung banyak makna bukan hanya bagi perempuan dan laki-laki bahkan juga adat masyarakat. Patriarkhi yang masih menjadi jantung kebudayaan telah melakukan reduksi pada rahim perempuan. Kebudayaan yang berpusat pada laki-laki ini telah memberikan beban bahkan penindasan pada rahim perempuan.

Simone de Beauvior mengatakan bahwa yang membuat perempuan berbeda adalah karena ia memiliki utero alias rahim. Rahim yang telah dibawanya telah membuat ia mengalami perlakuan yang berbeda bahkan diskriminatif sepanjang hidupnya. Karena adanya rahim, perempuan dilarang naik pohon karena tak pantas, pada lain waktu ia dilarang keluar malam hanya untuk menjaga dirinya agar tak terkena hal-hal yang tak diinginkan (kekerasan seksual). Karena rahim kita dibedakan!

Rahim Anda bukan sepenuhnya milik Anda. Rahim adalah arena pertarungan kekuasaan. Anda bisa hancur karena rahim Anda sendiri. Gara-garanya ia tak segera menghasilkan embrio setelah disemprotkan berkali-kali carian sperma. Anda pun bisa pula dikecam jika ia dibuahi saat Anda tidak sedang menikah. Anda bisa dikucilkan bahkan dianggap lonte kalau rahim Anda mengandung janin. Anda dianggap perempuan jalang sementara si calon jabang bayi adalah bayi haram. 

Anda pun bisa dianggap setengah perempuan bahkan tidak menjadi perempuan jika Anda tak mampu menghasilkan janin pada rahim. Anda bisa dihakimi massal sebagai manusia perempuan yang tak sempurna. Kejam!

Saya selalu meyakini, Tuhan (jika Anda percaya) memiliki maksud menaruh rahim pada perempuan. Rahim bisa menjadi tempat paling intim bagi perempuan. Jika didalam rahim kelak akan ditempatkan sosok manusia maka rahim adalah tempat Tuhan menaruh kasih sayang pada diri perempuan. Rahim adalah rahim. Ia adalah sambungan kasih sayang dari tubuh perempuan kepada Tuhannya. 

Penghakiman terhadap rahim adalah salah kaprah. Rahim perempuan adalah bagian dari tubuh perempuan. Perempuan punya otoritas untuk membentuk dan mendefinisikan tubuhnya. 

Jika pun rahim harus diangkat maka perempuan tetaplah perempuan sempurna!

Jika ia tetap di tubuh perempuan tetapi tak menghasilkan janin, perempuan tetaplah perempuan yang medeka!

Jika ia dibuahi diluar pernikahan, perempuan bukanlah jalang. Sebagian orang menganggapnya tak bermoral, sebagian lagi mendukungnya. Tapi tetaplah ia perempuan yang tak boleh kehilangan hak atas tubuhnya karena rahim yang dimilikinya!

Jika ia menghasilkan janin, maka tugas berat pun juga akan menanti. Jangan pula ia kemudian mengejek rahim lain sebagai yang tak sempurna. 

Sesungguhnya dengan rahim, perempuan harus lebih manusiawi. Didalamnya muncul manusia yang kelak bisa jadi mencintai kemanusiaan atau menjadi musuh kemanusiaan.

Semua dimulai dari rahim. Anda, manusia sekalian alam dimulai dari sana! 

Tapi setelah Anda jadi manusia, Anda bisa diperlakukan tak sama. 

Hanya dengan menanggalkan semua dan berkata bahwa kita lahir dari tempat yang sama yakni rahim, maka kemanusiaan akan menemukan esensi nya. 

Note :Toh menjadi perempuan bukan perkara mudah. Mau nyeleneh sedikit, orang-orang akan memprotes apa yang kamu lakukan. Bahkan rahim yang kamu miliki bukan milikmu sepenuhnya. Ia adalah rahim sosial. Menyebalkan bukan, Tuhan memberikan padamu tapi ketika kau tak menjaganya maka seluruh masyarakat yang beradat patriarkhi akan menghakimi.

Senja di warung kopi dekat sebuah toko buku di Jogja, 29 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suamiku

Setelah kurasa-rasakan, aku selalu meminta tolong kepadanya saat membutuhkan sesuatu. Sepertinya dia hadir dalam hidupku untuk menolongku. B...