Sabtu, 29 Juni 2013

Percakapan Tiga Perempuan


Malam ini ibu, kakak perempuanku dan aku bercakap di meja makan. Kami bercakap dan mengeluarkan pendapat, ketika mama kami bertanya.

"Mengapa ya dek, ada perempuan yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya, kemudian berani memutuskan menikah secepat kilat seperti budhe A. Ya, kalau bisa menemukan belahan jiwa kita, seperti papa, yang sangat toleran dan selalu berjuang bersama mama dari nol sampai akhir hidup papa. Menurutmu bagaimana dek?"

Lalu kakak perempuanku berkata

"Ma, sekarang itu kebanyakan perempuan selalu pengen ini itu, disiapkan ini itu kalau menilai seorang laki-laki. Kadang malah tidak siap jika tiba-tiba laki-lakinya sakit kayak papa. Memang sih menjanda karena perceraian itu lebih dianggap negatif sama orang-orang dan menjanda karena ditinggal mati itu lebih terhormat, tetapi juga tak bisa sepenuhnya membenarkan untuk menuntut segalanya dari laki-laki"


Dan mereka bertanya kepadaku, karena aku satu-satunya anak yang belum menikah, kakak perempuanku ingin mendengar pendapatku dan aku pun menjawab

"Menurutku ya, tidak ada laki-laki atau perempuan yang sempurna. There’s no mr right person di didunia ini karena aku memposisikan diri sebagai perempuan disini. Mr right person adalah mereka yang mau berubah, berproses dan tumbuh dengan pasangannya. Maksudku, aku juga tidak akan menuntut apapun dari pasanganku untuk dia menjadi ini itu. Aku malah justru ingin mendorong ia agar tumbuh dengan baik, biarkan ia berkembang dengan jalannya, begitu juga ia kepadaku. Toh ketakutan untuk tidak dicintai, harusnya terlupakan kala kita sudah gemati (sayang tanpa pamrih). Gak perlu nuntut ini itu, apalagi yang sifatnya material. Love is care, love is giving, love is share. Kalau udah gemati, kemanapun kami pergi, bahkan jika salah satu tak ada, maka cinta itu tetap ada. Tetap terjaga, sampai keduanya sudah tak ada didunia. Bahwa kami berdua kelak bisa tumbuh dengan baik dan kamilah yang mengusahakan berdua, bukan dari laki-laki saja, atau perempuan saja. Tapi kami berdua yang menjaga hati dan tidak lupa pada rasa jatuh cinta yang akan diuji waktu

Lalu aku permisi, mencuci piring bekas makanku. Mereka, ibu dan kakak perempuan  saling tertegun dengan ucapanku karena selama ini aku memang lebih sering mendengar ketimbang berbicara ketika bersama mereka

Mama lalu bertanya

"Apakah ia sudah ada, dek?"

Aku menjawab

"Semoga saja Tuhan, umat manusia, dan alam menyetujui. Bukannya pikiran adalah doa, maka  apa yang menjadi pikiran mama dan kakak, tentunya menjadi doa untukku".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suamiku

Setelah kurasa-rasakan, aku selalu meminta tolong kepadanya saat membutuhkan sesuatu. Sepertinya dia hadir dalam hidupku untuk menolongku. B...