Malam
ini ibu, kakak perempuanku dan aku bercakap di meja makan. Kami bercakap dan
mengeluarkan pendapat, ketika mama kami bertanya.
"Mengapa
ya dek, ada perempuan yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya,
kemudian berani memutuskan menikah secepat kilat seperti budhe A. Ya, kalau
bisa menemukan belahan jiwa kita, seperti papa, yang sangat toleran dan selalu
berjuang bersama mama dari nol sampai akhir hidup papa. Menurutmu bagaimana
dek?"
Lalu kakak perempuanku berkata
"Ma, sekarang itu kebanyakan perempuan selalu pengen ini itu, disiapkan ini itu kalau menilai seorang laki-laki. Kadang malah tidak siap jika tiba-tiba laki-lakinya sakit kayak papa. Memang sih menjanda karena perceraian itu lebih dianggap negatif sama orang-orang dan menjanda karena ditinggal mati itu lebih terhormat, tetapi juga tak bisa sepenuhnya membenarkan untuk menuntut segalanya dari laki-laki"
Dan
mereka bertanya kepadaku, karena aku satu-satunya anak yang belum menikah,
kakak perempuanku ingin mendengar pendapatku dan aku pun menjawab
"Menurutku
ya, tidak ada laki-laki atau perempuan yang sempurna. There’s no mr
right person di didunia ini karena aku memposisikan diri sebagai
perempuan disini. Mr right person adalah mereka yang mau
berubah, berproses dan tumbuh dengan pasangannya. Maksudku, aku juga tidak akan
menuntut apapun dari pasanganku untuk dia menjadi ini itu. Aku malah justru
ingin mendorong ia agar tumbuh dengan baik, biarkan ia berkembang dengan
jalannya, begitu juga ia kepadaku. Toh ketakutan untuk tidak dicintai, harusnya
terlupakan kala kita sudah gemati (sayang tanpa pamrih). Gak
perlu nuntut ini itu, apalagi yang sifatnya material. Love is care,
love is giving, love is share. Kalau udah gemati,
kemanapun kami pergi, bahkan jika salah satu tak ada, maka cinta itu tetap ada.
Tetap terjaga, sampai keduanya sudah tak ada didunia. Bahwa kami berdua kelak
bisa tumbuh dengan baik dan kamilah yang mengusahakan berdua, bukan dari
laki-laki saja, atau perempuan saja. Tapi kami berdua yang menjaga hati dan
tidak lupa pada rasa jatuh cinta yang akan diuji waktu
Lalu
aku permisi, mencuci piring bekas makanku. Mereka, ibu dan kakak perempuan
saling tertegun dengan ucapanku karena selama ini aku memang lebih sering
mendengar ketimbang berbicara ketika bersama mereka
Mama
lalu bertanya
"Apakah
ia sudah ada, dek?"
Aku
menjawab
"Semoga
saja Tuhan, umat manusia, dan alam menyetujui. Bukannya pikiran adalah doa,
maka apa yang menjadi pikiran mama dan kakak, tentunya menjadi doa
untukku".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar